Oleh : Ana Lailatul Maulidah
Tak terasa Ujian kelas XIIpun terlewatkan. Aku berfikir sahabatku pasti lulus, karena dia termasuk anak yang rajin, pintar lagi. Tapi apa yang aku fikirkan ternyata salah, saat hari pengumuman kelulusan tiba, ternyata dia tidak lulus. Yang paling aku tak menyangka lagi, dia tak lulus karena dia tak berangkat saat ujian dengan alasan sakit. Astaghfirulloh itu sungguh membuatku semakin shock. tapi sayang aku tak bisa berbuat apapun. Hebatnya disaat dia sakitpun dia masih mau disuruh untuk membawakan kayu bakar dari sawah kerumah neneknya. Tak sedikitpun dirinya menolak perintah orang yang dihormatinya bahkan tak ada sepatah katapun yang mengandung keluhan terucap dari mulutnya padahal kondisinya tidak fit.
Hari-hari terlewati, kabar yang tak enakpun terdengar dari mulut ke mulut tetangga sekitar. Sahabatku itu benar-benar tak lagi terlihat batang hidungnya. Sungguh kabar yang sangat tidak membahagiakan bahkan bisa dibilang ini kabar yang sangat menyedihkan. Sosok pemuda yang pinter, rajin ngaji, penurut, itu hanya bisa berbaring diranjang rumahnya. Tubuhnya yang segar, tak terasa mengurus sampai tulangpun seperti hanya terbungkus oleh kulit saja. Tubuhnya mengecil, lemah, seperti tak mempunyai daya apalagi tenaga sekalipun.
Keseleo yang waktu itu hanya diurut saja ternyata menjadi sebuah tumor yang membengkak dilututnya. Keterlambatan pengobatan menjadi penyebab penyakit ganas itu menyerang sahabatku. Sungguh tak pernah terbayangkan, nasib sahabatku akan seperti itu.
Berbagai usaha medis telah dilakukan pihak keluarga demi kesembuhan sahabatku, namun hal itu tak merubah kondisi sahabatku. Karena penyakit itu sudah menjalar dalam tubuhnya, dan terlalu sulit untuk dijinakkan. Kendala biaya juga menjadi salah satu permaslahan yang ikut serta menghalangi
pulihnya kesehatannya.
Hari-harinya sudah pasti penuh dengan kejenuhan, apalagi hanya tergeletak diatas ranjang, itu pasti sangat membosankan. Tumor ganas yang menggerogotinya sungguh tak kenal lelah. Disaat ada yang menengokpun, dia hanya melirik. Mungkin dalam hatinya dia ingin bangun dari ranjangnya dan menyambut tamu-tamu yang silih berganti datang untuk melihat keadaanya, namun apa daya dia tak mampu melakukannya.
Suatu hari, menjelang maghrib rumahnya begitu ramai dikunjungi banyak orang. Akupun turut serta melihat apa yang terjadi sebenranya. Saat itu bisa dibilang dia sedang dalam sakaratul maut. Semua tetangga berdoa bersama, bila memang sudah wkatunya dia kembali pada Alloh, mudahkanlah dan bila belum waktunya angkatlah penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Saat adzan maghrib tiba seorang tetangga berbisik dan menyarankan sholat, tepat setelah adzan selesai sahabatku diam, seakan dia khusu’ berbaring menjalankan sholat. Namun takdir memang sudah berbicara, Ternyata, detik itu adalah dimana dia di panggil oleh Sang Maha Kuasa. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.
Astaghfirulloh, sungguh tak percaya bila secepat itu sahabatku Fajar Pagi kembali pada Alloh SWT. Detik-detik menjelang ajalnya dia sempat meminta untuk berbicara dengan ayahnya. Sungguh tak menyangka, ternyata dia berpesan pada ayahnya supaya tidak tinggalkan kewajiban sholat 5 waktu. Subhanalloh, betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang ia bisikkan pada ayahnya tersebut. Disaat terakhirnya dia masih menjadi sosok yang sungguh luar biasa menurutku, dia masih bisa bermanfaat untuk orang lain dan tentunya sahabatku menjadi inspirasiku.
Beberapa hari setelah kematiannyapun rumahnya selalu ramai dikunjungi para saudara, sahabat, serta teman-temannya. Bahkan guru-guru yang pernah mengajarnyapun sempat datang untuk melayat. Kebanyakan mereka menceritakan bahwa almarhum itu sosok yang baik, sopan, santun serta penurut. Selain itu, teman-temannya juga menuturkan bahwa almarhum itu banyak yang mengidolakan di sekolah bahkan ada yang bilang kalau dia itu adalah salah satu vokalis terbaik di sekolah.
Almarhum sungguh meninggalkan kenangan yang indah untuk orang-orang di
sekelilingnya. Kebaikannya tak terlupakan.
Dari cerita yang telah teruraikan, kita yang mendapat waktu lebih lama untuk hidup di dunia ini harus bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Seperti sebuah ayat yang artinya “Bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain.”
Tulisan ini dilombakan di Lomba Tulisan Inspirasi 2014