Oleh : Rahmat Prasetyo Adi
Malam itu suasana sepi dan tenang. Di mana saya bisa menonton film Ttitanic dengan tenang. Film yang luar biasa, dengan kondisi yang sesuai dengan aslinya juga. Entah mengapa film itu terkesan hendak memberikan suatu pelajaran buat saya. Tapi apa itu? Saya juga belum tahu. Tapi, ketika saya sampai pada bagian pertengahan film saya menyadari pesan yang dimaksud.
Pertama bahwa ,manusia sehebat apapun tak dapat melampaui Tuhan, bahkan sengan segenap kekuatannya. Dikatakan di sana bahwa Titanic adalah sebuah kapal yang tak dapat tenggelam, bahkan Tuhanpun tak bisa menenggelamkannya, itu kata mereka. Tapi kenyataan berkata lain, kapal tersebut tenggelam karena menabrak gunung es, yang bahkan sebenarnya tabrakannya tidak terlalu parah. Ternyata, melawan Tuhan dapat berakibat bahaya juga.
Kedua, adalah sikap yang ditunjukan oleh para penumpang kapal tersebut. Ada beberapa bangsawan yang saya lihat, bersikap jantan, rela berkorban, mendahulukan wanita, dll. Orang seperti ini biasanya disebut sebagai True Englishmen. Ada juga yang berusaha menolong dan menghibur penumpang lain saat Titanic mulai tenggelam. Contohnya, ada grup music penghibur yang tetap bermain walaupun saat Titanic tenggelam. Dan lagu mereka dapat menenangkan penumpang lain. Kapten kapal juga menyadari bahwa kapal itu menabrak gunung es adalah kesalahannya dam memutuskan menganggung kesalahan tersebut. Di mana juga ada seorang pendeta yang tetap mendoakan orang yang panik, walaupun dirinya dalam bahaya. Tapi ada juga yang bersikap curang, yaitu dengan mendahulukan kepentingan nya sendiri, menyuap petugas , dan lain sebagainya. Ada yang berusaha menyuap agar dapat masuk sekoci lebih dulu. Ada yang sebenarnya bertanggung jawab atas tenggelamnya Titanic tapi malah kabur menyelamatkan diri sendiri, dan lain lain.
Tentu kita manusia harus meniru perbuatan yang mengutamakan orang lain. Mungkin dalam diri kita ada keinginan untuk membuat diri kita nyaman, tapi jangan lupa, bahwa orang lain juga berhak merasakan kenyamanan yang dapat kita terima juga. Tapi tetap tentu saja itu menjadi pilihan kita semua. Jika ingin menolong sesama, tentu harus disertai ketulusan hati. Bisa saja kita juga dimusuhi pihak yang tak menyukai perbuatan kita dalam menolong sesama. Tapi, tentu saja perbuatan kita itu benar dan baik bagi Tuhan. Bisa juga, kita mementingkan diri sendiri. Tak pernah menolong orang lain dan tak perlu berkorban bagi orang lain. Kebanyakan orang menganggap yang satu ini enak, tapi kenyataannya tidak. Orang seperti itu takkan menemukan kebahagiaan sejati dalam hidupnya. Hidupnya akan terasa hampa walaupun serba berkecukupan. Kalau saya, saya tentu lebih suka pilihan yang pertama, yaitu membantu orang lain. Meski hidup susah, tapi dengan membantu orang lain kita dapat merasakan indahnya hidup. Benar kan?
Ketiga, kita pasti pernah mencintai seseorang, entah orangtua, pasangan, dll. Kita pasti ingin menunjukan rasa sayang tersebut pada mereka. Tapi bagaimana caranya? Dengan pengorbanan. Seperti saat Jack dan Rose jatuh ke dalam air dan menemukan sebuah papan untuk mengapung di air. Jack sebenarnya pelu naik ke papan itu juga, tap ia mengutamakan Rose. Pengorbanan membuat kita menderita tentu saja, tapi mungkin dapat menolong orang lain. Menunjukan kasih kita pada mereka. Sesungguhnya, berkorban itu bukan tak ada gunanya. Dengan berkorban kita mampu mengalahkan nafsu kita untuk memuaskan diri sendiri.
Tulisan ini dilombakan di Lomba Tulisan Inspirasi 2014