Oleh : Adam Azkiya
Gue nemuin duit gocap di saku! Beruntung banget sih gue, padahal itu emang duit gue sih cuman hilang beberapa saat dan muncul lagi di saat yang sangat tepat yaitu bulan tua, huft banget, tau ga konon katanya duit gocap sekarang itu udah setara duit goceng di jaman sekarang, gampang banget abis, tapi ngedapetinya lagi susah.
Ya namanya juga keberuntungan kan? Semua orang boleh dan berhak merasa dirinya beruntung dalam segala hal, salah satu Contoh terdekat yang bisa di ambil adalah dalam hal status anak di keluarga,apakah dia beruntung menjadi anak ‘Cikal’ yang bisa menuruh adik-adiknya? Atau malah menjadi anak ‘Bungsu’ yang dengannyamannya dia mendapatkan banyak perlindungan dari kakak-kakanya? Termasuk mengenai jalur pendidikan yang gue tempuh sekarang, dan ini yang bakan gue bahas.
‘Apa sih yang lu cita-citakan ketika masih duduk di bangku SMK/SMA ?’
Masuk Perguruan Tinggi Negeri? Keterima kerja di tempat yang bagus? Atau apa? Tapi gue yakin untuk setara pemikiran anak SMK yang masih egosentris ga bakalan jauh-jauh dari situ, yang pada akhirnya sama-sama pengen membahagiakan orang tua, jangan sampai hanya sebatas membanggakan orang tua atas Harta dan tahta mereka, tapi sebagai anak yang baik selalu berusaha untuk membuat orang tua yang membanggakan anaknya atas ketercapaiannya, darisini gue mulai berfikir, apa sih yang gue bisa lakuin buat menjadi kebanggan orang tua? Jujur sebagai siswa SMK pada waktu itu gue masih belum bisa fokus buat mikirin masa depan gue, karena pada jaman SMK semua kegiatan yang berhubungan dengan softskill gue coba, ga ada yang fokus sama sekali, sehingga melahirkan mindset buruk,
“Gue ga pernah kepikiran untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri sejak awal
masuk SMK”
Mungkin gue juga sadar nilai akademis gue bakalan kalah kapasitasnya kalau di adu dengan orang yang terlahir dengan dominasi otak kiri, ya otak kiri mereka yang selalu ontime, rajin, rapi disiplin dan hebat dalam urusan logika, sedangkan gue yang memiliki dominasi otak kanan? Modal gue adalah softskill, softskill yang bisa berpotensi sangat hebat dan para otak kiri ga mungkin ada yang bisa ngalahin softskill dari para pemilik otak kanan yang dominan.
Singkat cerita pada akhir perjalanan gue di SMK gue dapet Ranking 4 di kelas gue yang berjumlah 31 orang (kurang lebih, gue lupa tepatnya)
Hari kelulusan pun tiba
“Yeaaaah, kita lulus Dam!”
Pengumuman PTN pun tiba
“Alhamdulillah Dam gue keterima di Unpad.”
“Dam, gue masuk Polban!”
“Ga nyangka gue masuk ITB Dam.”
Dan yang lain-lain, gue hanya bisa mendengar ucapan-ucapan itu dan memberikan ucapan selamat kepada mereka, dan bertanya balik kepada diri gue sendiri kenapa setahun setelah gue lulus engga langsung masuk kuliah? Ya meskipun ga masuk Negeri gue bisa masuk swasta
“swasta kan mahal?”
“Iya gue bayar pake daun ntar”
Tapi engga juga kok swasta ada juga yang lebih murah dari Negeri
Tapi, terkadang Allah selalu punya rencana terbaik buat gue dan umunya buat semua orang yang beriman.
Selama setahun selepas lulus SMK gue engga kuliah, gue mencari identitas diri dan mencari pengalaman bekerja, banyak sekali yang gue peroleh, sangat banyak sekali, seperti gue bisa belajar 3D animasi di CCA, masuk Finalist 10 Besar kota Bandung dari LA Lights Indie Movie, gue bisa mempelajari ilmu Psikologi di tempat kerja gue STIFIn, dan masih banyak lagi, gue merasa beruntung sebagai remaja dengan umur 19 tahun (pada waktu itu) bisa endapatkan pengalaman baik selangkah lebih depan, mungkin nanti pun akan banyak yang mendapatkan pengalaman yang lebih baik dari gue, mungkin gue yang ngalamin duluan.
Satu tahun semenjak Wisuda SMK habis, dan pada tahun berikutnya pendaftaran mahasiswa baru pun dibuka kembali, gue putuskan masuk ke UNINUS jurusan Public Relation dan gue ngambil Kelas Karyawan, ya karena gue sambil kerja, jadwal kelas karyawan adalah Rabu-Kamis-Jumat pukul 15.00-18.00 3 jam sehari, padahal gue pulang dari kantor jam 5 sore, tapi ternyata tempat kerja gue baik banget, gue dapet dispen sehingga bisa pulang duluan tepat pukul 3 sore untuk kuliah, jadi gue bisa tetep gajian untuk membiayai SPP semesteran gue, gue merasa beruntung. Dan mungkin ini hal terbesar lainnya yang gue merasa beruntung.
Pada bulan Februari-April 2014 ini gue ikut Cinema Camp, event lanjutan dari Movie Days Out, pembuatan sebuah film yang dilakukan bersama dari para finallist 4 kota besar
“Lu kan lagi kuliah Dam? Lu kan Lagi kerja juga?”
Gue sebenernya resign tapi gue masih dapet kesempatan untuk tetap bekerja disana tapi gue ga jadi staff lagi disana, gue jadi Mitra.
Untuk kampus? gue dapet izin dengan mudah untuk mengikuti Cinema Camp selama 1 bulan lebih, selain dari surat sakti dari LA yang gue berikan, kalau bukan kelas karyawan mungkin gue bakalan super duper sulit untuk dapet izin dari kampus, gue merasa beruntung.
Kalau boleh ditarik kesimpulan menurut pandangan gue dari Negeri atau Swasta
Kalau Negeri karena jadwal kuliah yang sangat disiplin dengan ilmu yang sangat berbobot sekali mungkin para alumninya bisa menjadi orang yang Ber-Tahta, bisa memiliki jabatan tinggi di Perusahaan besar karena punya teori ilmu yang sangat tinggi, atau mungkin menjadi Arsitek? Dokter? Dan Presiden?
Tapi untuk Swasta terutama kelas karyawan, dengan jadwal yang sedikit renggang, dengan memanfaatkan kesempatan itu seperti melakukan kegiatan lain diluar kuliah, membuat para pelakunya bisa melakukan akselerasi impiannya karena lebih banyak pengalaman yang di dapat, dan jangan lupa, kurang worth it jika keluar dari universitas engga bawa gelar, hehe Mungkin masih banyak lagi orang yang lebih beruntung dari gue di luar sana, mereka berhak mendapat keberuntungan itu, memang tidak ada salahnya,tetaplah bersyukur atas semua hal yang di dapat dari sang pemberi keberuntungan, keep positive bro, selalu ada hikmah dari segala kejadian.
Buktinya Allah nyimpenin gocap untuk duit urgent gue di bulan tua hehehe.
Best Regards,
Adam Azkiya
Ya namanya juga keberuntungan kan? Semua orang boleh dan berhak merasa dirinya beruntung dalam segala hal, salah satu Contoh terdekat yang bisa di ambil adalah dalam hal status anak di keluarga,apakah dia beruntung menjadi anak ‘Cikal’ yang bisa menuruh adik-adiknya? Atau malah menjadi anak ‘Bungsu’ yang dengannyamannya dia mendapatkan banyak perlindungan dari kakak-kakanya? Termasuk mengenai jalur pendidikan yang gue tempuh sekarang, dan ini yang bakan gue bahas.
‘Apa sih yang lu cita-citakan ketika masih duduk di bangku SMK/SMA ?’
Masuk Perguruan Tinggi Negeri? Keterima kerja di tempat yang bagus? Atau apa? Tapi gue yakin untuk setara pemikiran anak SMK yang masih egosentris ga bakalan jauh-jauh dari situ, yang pada akhirnya sama-sama pengen membahagiakan orang tua, jangan sampai hanya sebatas membanggakan orang tua atas Harta dan tahta mereka, tapi sebagai anak yang baik selalu berusaha untuk membuat orang tua yang membanggakan anaknya atas ketercapaiannya, darisini gue mulai berfikir, apa sih yang gue bisa lakuin buat menjadi kebanggan orang tua? Jujur sebagai siswa SMK pada waktu itu gue masih belum bisa fokus buat mikirin masa depan gue, karena pada jaman SMK semua kegiatan yang berhubungan dengan softskill gue coba, ga ada yang fokus sama sekali, sehingga melahirkan mindset buruk,
“Gue ga pernah kepikiran untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri sejak awal
masuk SMK”
Mungkin gue juga sadar nilai akademis gue bakalan kalah kapasitasnya kalau di adu dengan orang yang terlahir dengan dominasi otak kiri, ya otak kiri mereka yang selalu ontime, rajin, rapi disiplin dan hebat dalam urusan logika, sedangkan gue yang memiliki dominasi otak kanan? Modal gue adalah softskill, softskill yang bisa berpotensi sangat hebat dan para otak kiri ga mungkin ada yang bisa ngalahin softskill dari para pemilik otak kanan yang dominan.
Singkat cerita pada akhir perjalanan gue di SMK gue dapet Ranking 4 di kelas gue yang berjumlah 31 orang (kurang lebih, gue lupa tepatnya)
Hari kelulusan pun tiba
“Yeaaaah, kita lulus Dam!”
Pengumuman PTN pun tiba
“Alhamdulillah Dam gue keterima di Unpad.”
“Dam, gue masuk Polban!”
“Ga nyangka gue masuk ITB Dam.”
Dan yang lain-lain, gue hanya bisa mendengar ucapan-ucapan itu dan memberikan ucapan selamat kepada mereka, dan bertanya balik kepada diri gue sendiri kenapa setahun setelah gue lulus engga langsung masuk kuliah? Ya meskipun ga masuk Negeri gue bisa masuk swasta
“swasta kan mahal?”
“Iya gue bayar pake daun ntar”
Tapi engga juga kok swasta ada juga yang lebih murah dari Negeri
Tapi, terkadang Allah selalu punya rencana terbaik buat gue dan umunya buat semua orang yang beriman.
Selama setahun selepas lulus SMK gue engga kuliah, gue mencari identitas diri dan mencari pengalaman bekerja, banyak sekali yang gue peroleh, sangat banyak sekali, seperti gue bisa belajar 3D animasi di CCA, masuk Finalist 10 Besar kota Bandung dari LA Lights Indie Movie, gue bisa mempelajari ilmu Psikologi di tempat kerja gue STIFIn, dan masih banyak lagi, gue merasa beruntung sebagai remaja dengan umur 19 tahun (pada waktu itu) bisa endapatkan pengalaman baik selangkah lebih depan, mungkin nanti pun akan banyak yang mendapatkan pengalaman yang lebih baik dari gue, mungkin gue yang ngalamin duluan.
Satu tahun semenjak Wisuda SMK habis, dan pada tahun berikutnya pendaftaran mahasiswa baru pun dibuka kembali, gue putuskan masuk ke UNINUS jurusan Public Relation dan gue ngambil Kelas Karyawan, ya karena gue sambil kerja, jadwal kelas karyawan adalah Rabu-Kamis-Jumat pukul 15.00-18.00 3 jam sehari, padahal gue pulang dari kantor jam 5 sore, tapi ternyata tempat kerja gue baik banget, gue dapet dispen sehingga bisa pulang duluan tepat pukul 3 sore untuk kuliah, jadi gue bisa tetep gajian untuk membiayai SPP semesteran gue, gue merasa beruntung. Dan mungkin ini hal terbesar lainnya yang gue merasa beruntung.
Pada bulan Februari-April 2014 ini gue ikut Cinema Camp, event lanjutan dari Movie Days Out, pembuatan sebuah film yang dilakukan bersama dari para finallist 4 kota besar
“Lu kan lagi kuliah Dam? Lu kan Lagi kerja juga?”
Gue sebenernya resign tapi gue masih dapet kesempatan untuk tetap bekerja disana tapi gue ga jadi staff lagi disana, gue jadi Mitra.
Untuk kampus? gue dapet izin dengan mudah untuk mengikuti Cinema Camp selama 1 bulan lebih, selain dari surat sakti dari LA yang gue berikan, kalau bukan kelas karyawan mungkin gue bakalan super duper sulit untuk dapet izin dari kampus, gue merasa beruntung.
Kalau boleh ditarik kesimpulan menurut pandangan gue dari Negeri atau Swasta
Kalau Negeri karena jadwal kuliah yang sangat disiplin dengan ilmu yang sangat berbobot sekali mungkin para alumninya bisa menjadi orang yang Ber-Tahta, bisa memiliki jabatan tinggi di Perusahaan besar karena punya teori ilmu yang sangat tinggi, atau mungkin menjadi Arsitek? Dokter? Dan Presiden?
Tapi untuk Swasta terutama kelas karyawan, dengan jadwal yang sedikit renggang, dengan memanfaatkan kesempatan itu seperti melakukan kegiatan lain diluar kuliah, membuat para pelakunya bisa melakukan akselerasi impiannya karena lebih banyak pengalaman yang di dapat, dan jangan lupa, kurang worth it jika keluar dari universitas engga bawa gelar, hehe Mungkin masih banyak lagi orang yang lebih beruntung dari gue di luar sana, mereka berhak mendapat keberuntungan itu, memang tidak ada salahnya,tetaplah bersyukur atas semua hal yang di dapat dari sang pemberi keberuntungan, keep positive bro, selalu ada hikmah dari segala kejadian.
Buktinya Allah nyimpenin gocap untuk duit urgent gue di bulan tua hehehe.
Best Regards,
Adam Azkiya