Oleh : Mira Ulfa
Malam ini, tak terasa sudah tiba di penghujung bulan Rajab. Aku duduk termenung di bawah gedung ma’had sembari melihat santri yang terus mondar mandir silih berganti menyetorkan hafalan wajibnya. Fikiranku melayang menjelahi sampai ke negeri entah berantah. Indah sekali rasanya andai masih bisa seperti mereka, mungil menggemaskan, wajah manis yang polos nan lugu masih bersih dari berbagai torehan noda dosa. Tak terasa riak- riak haru memenuhi hati ini melihat anak- anak nan ayu itu begitu mudahnya menghafal, begitu fasihnya lisan- lisan mungil itu melafalkan ayat- ayat, hadits-hadits plihan yang mereka setorkan.
Getaran di hati ini kian kencang, Ingin rasanya mengulang waktu disaat-saat masih seperti mereka, akan kurancang berbagai rencana masa depan. Ingin aku hafal semua sabda Baginda, ingin aku mengkhatamkan “Kalam Mulia”. Andai saja waktu bisa kembali, tapi kini, di malam ini, hamba ini tersadar. Dalam lamunanku aku tersungkur pilu, betapa banyak hal yang belum terencana indah, bahkan yang telah terencanapun belum tersampaikan. Betapa banyak impian yang belum terwujud, betapa banyak waktu yang terus saja terbuang sia- sia. Wahai diri, kau isi dengan apa hidupmu yang sudah berlalu itu? Kau bawa kemana saja waktumu? Hati ini terus membatin, ah.. betapa ruginya, bukankah kau masih ingat syair yang gurumu ajarkan 9 tahun silam “takkan pernah kembali hari yang telah pergi”? mulai sekarang aku ingin bangkit. Banyak hal yang harus aku benahi mulai saat ini tekadku.
Tiba- tiba saja aku mendengar bunyi bip dari hpku tanda ada pesan masuk, ku buka, ternyata sms dari sahabatku, ia menyampaikan berita gembira, katanya “Alhamdulillah, kawan kita sudah mengkhatamkan hafalannya”. Pesan singkat itu menghadirkan rasa yang bercampur aduk, rasa syukur yang tak terhingga, rasa haru yang menyesakkan dada, serta rasa iri di hati ini yang tak terbendung, Ya Allah…aku ingin sekali, aku benar- benar ingin menghafal kalamMu dan mengkhatamkannya. Izinkan hasrat hati ini terpenuhi ya Rabby, semuanya atas qudrah dan iradahMu Sekarang ini, keinginan tersebut menjadi mimpi terbesarku. Allahumma sahhil ya Allah, isyrah shadriy, wa-imla’ Qalbiy bi Al- Qur’an. Do’a ini terus saja kulafalkan.
Malam sudah larut, jam menunjukkan pukul 22.00 tepat. Aku masuk ke kamar dan aku duduk di atas ranjang tepat di depan laptop mungil ini, ku buka beberapa koleksi video, tak sengaja mata ini tartaut pada vidio seorang hafidh Qur’an yang luar biasa, beliau tuna wicara, untuk melafalkan beberapa kata saja susahnya minta ampun, tapi, Subhanallah, beliau bisa menghafal Al-Qur’an tanpa salah sedikitpun. Allahu Akbar, Tak terasa bulir-bulir air mata yang tak terbendung ini mulai jatuh membasahai pipi, Ya Allah, betapa beruntungnya hambaMu itu, betapa mulianya ia, di satu sisi ia memilki kekurangan, tapi di sisi lain engkau penuhi dirinya dengan segala kelebihan dari karuniaMu yang luar biasa. Sejenak aku terfikir, siapakah sebenarnya yang penuh dengan segala kekurangan?? Orang itukah? Ataukah aku?? Tanpa berfikir lagi, aku bergegas menuju lemari tempat penyimpanan kitab-kitab, aku ambil Al-Qur’an kesayanganku, perlahan ku buka dari halaman pertama hingga akhir, seluruhnya ada 604 halaman. Dalam setahun ada 365 hari, andai dalam satu hari kita bisa menghafalkan satu halaman, berarti 604 halaman bisa dikhatamkan dalam masa 604 hari, lebih kurang memakan waktu selama 2 tahun. Ah.. andai saja, dari dulu ku budayakan kebiasaan menghafal, mungkin sekarang sudah mampu aku mengkhatamkan kalamMu ya Rabb, tentunya dengan izinMu. Batin ini terus saja merasa pilu. Betapa banyak waktu yang telah berlalu sia- sia. Berapa banyak ajakan kawan- kawan para haafidh yang telah aku abaikan. Ya Rabby, penuhilah hati ini selalu akan kecintaan kepada kalamMu seperti malam ini, jangan kau hilangkan lagi azam hati ini, tumbuh suburkan hasrat jiwa ini ya Rabby, jadikan ia cambuk bagi jiwaku yang selalu lalai. Jadikan ia sebagai cambuk penyemanagat bagiku sepanjang masa.
Bismillah wa bi-iznillah, tanpa membuang-buang waktu, aku menuju hamam tuk mengambil wudhu’. Aku kenakan mekena dan kutunaikan shalat sunah muthlak 2 raka’at. Aku bersujud, bersimpuh memohon ampun, meminta petunjuk, ‘inayah dan hidayah dariNya. Aku berharap semoga awal mula amal mulia ini selalu dimudahkan olehNya. semoga aku selalu mendapatkan bimbinganNya, kemudahan, kelancaran, serta ingatan yang tak pernah pudar. Amiin Ya Rabbal ‘alamin.
Malam ini merupakan awal mula aku mulai menghafal kalam Allah. Aku mulakan dari Ummul Qur’an “surah Al-Fatihah”, aku teruskan ke surah yang ke-2 “Al- Baqarah”, kubaca perlahan, aku ulangi berulang kali sambil kucoba tuk memahami maknanya, Alhamdulillah, tak terasa aku sudah sampai di rubu’ yang ke-2. Wah… Ternyata tidak susah mengahafal, kenapa tak aku mulai dari dulu? Sesal selalu saja datang di penghujung.
Sungguh benar janjiMu ya Allah, Al-Quran ini indah untuk dibaca dan mudah untuk diingat. Aku mengakhiri bacaanku tepat di rubu’ ke-2, tepat di penghujung ayat yang ke 43 yang berbunyi:
و اقيموا الصلوة وآتوا الزكوة واركعوا مع
الراكعين (البقرة: 43)
Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang
yang ruku’ (QS.Al-Baqarah: 43)
yang ruku’ (QS.Al-Baqarah: 43)
Seiring dengan penutup ayat yang kulafakan malam ini, aku terus sujud di atas sajadah merahku, aku serahkan seluruh syukurku padaNya. Malam ini aku merasa betapa aku dilimpahkan cahaya dan rahmat dariNya. Aku terus ingin seperti ini, aku ingin hatiku terus seperti saat ini, Aku merasakan azam ini kiat kuat. Ya Rabby jadikanlah azam ini, semangat dan tekad ini terus menjadi cambuk bagi jiwaku agar tak pernah lalai untuk terus menghayati dan memahami kalam suciMu.
Tak terasa malam sudah larut, jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari, rasanya aku tak mau beranjak kemana- mana, ingin terus di sini bersama mushhaf biru tosca ini. Syukurku ke hadhiratMu Ya Allah, kutitipkan kepadaMu apa yang telah engkau ajarkan kepadaku, jangan Kau biarkan aku lupa, biarkan aku mengingatnya selalu, dan kuatkan tekadku untuk terus memperbaiki serta menambah ilmu ini, sampai aku benar- benar sampai pada apa yang ku impikan selama ini. Menjadi pencinta Qur’an sejati. Amiin.. amiin, ya Rabbal alamin.
Kesunyian malam kian mencekam, laptopku belum kumatikan, akhirnya sya’ir dari Syaikh Misyari Rasyid menemaniku menuju alam buaian mimpi. Sayup-sayup iringan musik terdengar lirih menyanyikan lirik-lirik sya’irnya mengiringi do’a yang terus kulafalkan dalam hati ini hingga aku terlelap.
رحمن ..... يا رحمن . . . * ساعدني يا رحمن ...
اشرح صدري قرآن . . . * املأ قلبي قرآن ...
و اصبح حياتي قرآن . . .